Perekonomian
Sektor lnformal
Awal tahun
1970-an, kota-kota di dunia ketiga ditandai dengan tumbuhnya kegiatan ekonomi sektor informal yang
fenomenal. Kegiatan ekonomi itu muncul dari inisiatif
masyarakat sendiri sebagai
respon terhadap sistem ekonomi yang cenderung birokratis. Dalam hal ini, era negara maju dominan dalam
mengontrol dan
mendinamisasikan kehidupan ekonomi Dengan demikian.
kelompok masyarakat yang dapat masuk dan memperbesar
skala
kegiatan ekonomi adalah mereka yang mampu membangun atau
telah memiliki relasi dengan birokrasi.
Sebaliknya, kelompok masyarakat, yang tidak dapat
membangun hubungan dengan birokrasi, merespon dinamika
ekonomi dengan cara mereka sendiri, yakni
dengan'menciptakarr' kegiatan
ekonomi yang bergerak di luar jalur pengakuan resmi
birokrasi negara. Dengan kata lain, kegiatan sektor
informal ini merupakan
strategi dari sebagian warga negara untuk mengisi peluang yang masih tersisa dari pertumbuhan ekonomi
yang dimotori negara itu.
Melihat kenyataan ini, tidak keliru bila sektor
informal ini diletakkan
sebagai
kegiatan ekonomi pinggiran. Mengapa demikian?
Karena meskipun lapangan pekerjaan itu digeluti oleh
banyak orang, ia
merupakan usaha kecil-kecilan yang didukung oleh individu-individu
yang memiliki tingkat pendidikan, keahlian dan ketei'ampilan yang
rendah serta modal usaha kecil.
Apabila dikomparasikan dengan kegiatan ekonomi sector
formal dari segi skala usaha, maka jumlah produksi,
jangkauan pasar, dan
pemasukan pajak untuk pemerintah memang tidak sebanding. Namun bila dilihat dari segi jumlah tenaga
kerja yang diserap,
kegiatan
ekonomi ini ternyata menyerap tenaga kerja yang
lebih banyak dan dapat memberikan pendapatan untuk
memenuhi
kebutuhan subsistem ekonomi rumah tangga bagi mereka
yang menggelutinya.
Selain itu, sektor informal ini memiliki kaitan dengan
kegiatan ekonomi sektor formal. Untuk pasar dalam negeri,
hasil produksi sektor formal di samping dipasarkan di
supermarket, depaftemen
sfore, took-toko
besar lainnya, juga di pasarkan di sektor informal, meskipun mungkin dengan kualitas
barang yang lebih
rendah.
Kemunculan dan pertumbuhan sektor informal perlu
dikorelasikan dengan migrasi desa-kota karena sektor
pertanian di pedesaan
telah terbatas dalam menyerap tenaga kerja akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kemudian
juga dibarengi oleh pembaruan pertanian dengan
mekanisme teknologi
yang mengurangi penyerapan tenaga kerja (labour displacing). Akibatnya sebagian penduduk pedesaan
yang kehilangan lapangan pekerjaan terdorong (push factor) bermigrasi ke kota untuk mencari peluang berusaha dan
bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar