Al-QUR’AN, SENI,
USAHA, DAN PROFESI
Al-quran bicara
tentang seni
Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak berada di
dunia khayal dan idealisme semu, namun
mendampingi umat manusia di dunia yang nyata dan dapat dirasakan. Ia tidak memperlakukan manusia seakan-akan sosok malaikat yang memiliki sayap;
dua-dua,
tiga-tiga, dan empat-empat, akan tetapi memperlakukannya
sebagai manusia, yang
makan dan minum, serta bejalan-jalan di pasar. Oleh kareni itu Islam
memperbolehlan hiburan, jika dilakukan sesekali tidak mengapa. Karena hati ada kalanya jenuh dan butuh untuk di hibur. Ada
berbagai
kebutuhan jiwa yang kemudian diakomodasi dalam Islam.
Salah satunya adalah seni. Referensi lengkap mengenai bahasan ini.
Al-Qur’an Bicara
tentang Usaha dan profesi
"Dia-lah
yang telah menjadikan bumi ini mudah bagi kalian, karena itu berjalanlah kalian
di seluruh penjurunya dan makanlah dari sebagian rezeki-Nya." (Al-Mulk:
15)
Bumi ini telah
disiapkan Allah sivt dan ditundukkannya sehin;ga iinak dan mudah bagi umat manusia. Karena itu seyogyanya ia memanfaatkar nikmat
tersebut
dan berusaha di seluruh penjurunya untuk mencari
sebagian karunia Allah.
"Dan
orang-otang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang hina lagi yang berperang di
jalan Allah (Al-Muzammil: 20)
"...Dan
pada masing-masing kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya
kamu bersyukur." (Fathir: 12)
AI Qur'an memuji para pemakmur masjid yang bertasbih kepada Allah di waktu pagi dan petang, bahwa mereka adalah,
"Orang-orang
yang tidak terlalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah,
menegakkan shalat dan menunaikan zakat." (An-Nur:
37)
Dalam pandangan Al Qur'an, orang-orang beriman itu
bukanlah penghuni masjid,
pertapa-pertapa atau pun para biarawan. Mereka adalah
pekerja yang aktif dan
dinamis. Hanya saja, pekerjaan duniawi mereka tidak
menyibukkannya dari
kewaiiban-kewaiiban agama. Tidaklah mengherankan jika Nabi saw
menjadikan pedagang yang jujur setingkat dengan derajat
mujahid dan kedudukan orang yang syahid di jalan Allah. Sebabnya adalah biasanya
pedagang tergoda untuk berlaku rakus, tamak, mendapatkan laba
dengan segala cara, prinsip "uang harus melahirkan uang", juga
"keuntungan harus
mendatangkan keuntungan yang lebih besar". Karena
itu, barang
siapa tegar di atas batas-batas kejujuran
dan amanah, ia adalah
mujahid dalam emmrangi hawa nafsunya. Ia berhak mendapat kedudulan sebagaimana kedudukan
para mujahid.
Tolong diperiksa kembali Surat-surat yang ditulis demi kepentingan kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar