Minggu, 16 Februari 2014

Al-Qur'an



Al-QUR’AN, SENI, USAHA, DAN PROFESI

Al-quran bicara tentang seni
Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak berada di dunia khayal dan idealisme semu, namun mendampingi umat manusia di dunia yang nyata dan dapat dirasakan. Ia tidak memperlakukan manusia seakan-akan sosok malaikat yang memiliki sayap; dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat, akan tetapi memperlakukannya sebagai manusia, yang makan dan minum, serta bejalan-jalan di pasar. Oleh kareni itu Islam memperbolehlan hiburan, jika dilakukan sesekali tidak mengapa. Karena hati ada kalanya jenuh dan butuh untuk di hibur. Ada berbagai kebutuhan jiwa yang kemudian diakomodasi dalam Islam. Salah satunya adalah seni.  Referensi lengkap mengenai bahasan ini.

Al-Qur’an Bicara tentang Usaha dan profesi

"Dia-lah yang telah menjadikan bumi ini mudah bagi kalian, karena itu berjalanlah kalian di seluruh penjurunya dan makanlah dari sebagian rezeki-Nya." (Al-Mulk: 15)

Bumi ini telah disiapkan Allah sivt dan ditundukkannya sehin;ga iinak dan mudah bagi umat manusia. Karena itu seyogyanya ia memanfaatkar nikmat tersebut dan berusaha di seluruh penjurunya untuk mencari sebagian karunia Allah.

"Dan orang-otang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang hina lagi yang berperang di jalan Allah (Al-Muzammil: 20)

"...Dan pada masing-masing kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur." (Fathir: 12)

AI Qur'an memuji para pemakmur masjid yang bertasbih kepada Allah di waktu pagi dan petang, bahwa mereka adalah,

"Orang-orang yang tidak terlalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah,
menegakkan shalat dan menunaikan zakat." (An-Nur: 37)

Dalam pandangan Al Qur'an, orang-orang beriman itu bukanlah penghuni masjid, pertapa-pertapa atau pun para biarawan. Mereka adalah pekerja yang aktif dan dinamis. Hanya saja, pekerjaan duniawi mereka tidak menyibukkannya dari kewaiiban-kewaiiban agama. Tidaklah mengherankan jika Nabi saw menjadikan pedagang yang jujur setingkat dengan derajat mujahid dan kedudukan orang yang syahid di jalan Allah. Sebabnya adalah biasanya pedagang tergoda untuk berlaku rakus, tamak, mendapatkan laba dengan segala cara, prinsip "uang harus melahirkan uang", juga "keuntungan harus mendatangkan keuntungan yang lebih besar". Karena itu, barang siapa tegar di atas batas-batas kejujuran dan amanah, ia adalah mujahid dalam emmrangi hawa nafsunya. Ia berhak mendapat kedudulan sebagaimana kedudukan para mujahid.

Tolong diperiksa kembali Surat-surat yang ditulis demi kepentingan kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar