Pada tahun ke – 3 H. kafir quraisy Mekah bergerak
menuju Madinah di bawah pemimpinanan Abu Sufyan yang mengomandokan 3000 pasukan
tempur, termasuk 700 pasukan bertameng dan 200 pasukan berkuda. Bahkan para istri
turut membantu suami mereka. Tepat pada tanggal 10 Maret mereka tiba di Dzul
Hulaifah, di lebah Akik sekitar 5 mil sebelah barat kota madinah. Pada hari
kamis 21 Maret 625 M, mereka di hilir lembah uhud.
Pegunungan Uhud terletak di sebelah utara Madinah.
Lebar wilayah pegunungan tersebut sekitar 4-5 kilometer. Ditengahnya terdapat
daratan yang berkelok-kelok yang cukup untuk menampung ribuan tentara.
Disamping itu, terdapat juga daratan lainnya yang lebih luas yang antara
keduanya dihubungkan dengan jalan lintas yang sempit. Dibagian utara pegunungan
uhud terdapat wadi qamat. Di bagian selatan terdapat bukit lain yang disebut jabal
al-rumat. Didaratan uhud inilah kedua pasukan bertemu.
Ketika Nabi Muhammad SAW mengetahui kesepian pasukan
kafir Mekkah, beliau memerintahkan pasukannya untuk bersiaga. Semulah Nabi SAW
merencanakan tetap bertahan dari dalam kota Madinah setelah mempertimbangkan
pendapat para sahabat Nabi SAW. Mengubah ketentarannya untuk berangkat
menyambut di luar kota Madinah. Berserta 1000 pasukan Nabi SAW berangkat ke
medan perang, tetapi dalam perjalanan 300 orang munafik membelot di bawah
pimpinan Abdullah Bin Ubay Bin Salul, hingga kekuatan pasukan Nabi SAW. Hanya
tinggal 300 orang. Didalamnya terdapat pasukan sukarelawan wanita yang cakap,
termasuk Aisyah istri Nabi SAW, yang bertugas merawat pejuang yang terluka dan
mempersiapkan makananan dan minuman bagi para tentara muslim.
Pada suatu pagi, Nabi SAW dan pasukannya tiba
perbukitan uhud. Disinilah para pasukan Nabi SAW. Mengambil posisi dan
mendirikan perkemahan darurat. Nabi SAW, memutuskan untuk bertempur dari arah
balik bukit. Untuk itu Nabi SAW memerintahkan 50 tentara pemanah agar bersiap
diposisi bukit Ainain. Untuk menjaga kesatuan gerak pasukan Kaveleri, Nabi SAW.
Menunjuk Zaid sebagai komandannya yang betugas menjaga jalur kecil yang
menghubungkan antara bukit uhud dengan ainain dari serangan musuh dari arah
belakang barisan utama pasukan muslim. Selanjutnya nabi SAW menyampaikan
instruksi pada pasukan pemanah di bukit ainan agar tidak meninggalkan pos penjagaan
sebelum ada perintah.
Ketika kafir Mekah mengetahui kedatangan pasukan
muslim di bukit uhud, mereka menggerakan infanterinya dan separuh barisan
berkudanya dibawah pimpinan Ikrimah Bin Abi Jahal menyerang ke arah posisi nabi
SAW, separuh pasukan kafir Mekah lainnya dipimpin oleh Khalid Bin Al-Walid
bergerak memutar penyerangan tentara muslim dari belakang.
Pada tahap awal peperangan, tentara muslim memperoleh
kemenangan gemilang, tetapi ketika pertempuran menjelang akhir, barisan pemanah
muslim meninggalkan pos penjagaan mereka untuk mengambil harta rampasan.
Akibatnya barisan pertahanan pasukan islam hilang ketajaman naluri perang Khalid
Bin Al-Walid melihat kesempatan segera menyerang pasukan dari arah belakang.
Atas serangan Khalib ini, tidak ada jalan lain bagi pasukan islam kecuali harus
dan sebagaimana melarikan diri ke belakang.
Dalam situasi seperti ini, Nabi Muhammad SAW berusaha
membangkitkan kembali semangat juang pasukan islam, namun upaya ini tidak
berhasil. Pada saat itu, salah seorang pemuka kafir quraisy bernama Ibnu Kamia,
sempat melemparkan batu ke arah nabi SAW,
Dan mematahkan sebuah gigi depan nabi SAW. Berhasil
dibunuhnya. Padahal sebenarnya nabi SAW hanya terluka ringan. Tidak lama
kemudian nabi SAW dan berhasil memanjat ke bagian atas bukit, dimana sebagian
pasukan muslim menungguhkan, lalu beliau bersembunyi di situ. Pasukan muslim
hampir-hampir tidak percaya bahwa pemimpinannya Nabi Muhammad SAW selamat dan
masih hidup.
Akibat perang itu, sekitar 70 pasukan muslim gugur
terbunuh sebagai syuhada sedangkan pasukan kafir quraisy Mekah tewas sekitar 23
orang. Hindun, istri Abu Sufyan usai peperangan mengoyak-ngoyak isi perut
Hamzah, paman Nabi SAW yang tewas dalam pertempuran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar