Rabu, 26 Desember 2012

Cerita Drama Kutipan


OPERASI YANG SUKSES
(karya: 

(empat orang masuk arena pertujukkan. Satu orang yang sakit diatas tempat tidur digotong dua orang. Satu orang lagi sebagai ibu yang latah)

Otong              : “aduh! … Hemm .. Heeemmmm…! (Mengerang Karena sakit parah)
Ayah               : “sudah-susah, turunkan disini! (tempat tidur diturunkan)
Otong              : “Aduh …! Heemmm…! Ingin minum … Air …!”
Ibu                  : “minum … Otong? Haus? Nanti, nanti, nanti (mondar-mandir, linglung)… apa…yaa?”
Ayah               : (membentak) “cepat, Bu!”
Ibu                  : “eh…air! Oh, ya … air! “(terus keluar dari arena dan kembalinya membawa ember berisi air). “Otong, otong …! Ini airnya, ibu bawakan banyak sekali!
Ayah               : “Ya, Allah! Ibu! Apa tidak ada gelas?”
Ibu                  : “Ini saja biar kenyang1”
                          (Otong segera didudukkan dan ibu mengangkat ember untuk memberi minum).
Otong              : “Haaciih …!” (Otong bersin dan tidak jadi minum, bahkan menolaknya).
Ibu                  : “mengapa Tong, mengapa? Minumlah biar sembuh!”
Ayah               : “Itu air apa, bu? Kok baunya begini?”
Ibu                  : “(sadar) ya Allah …! Ini air dari pispot!” (terus keluar membawa ember)”
Ucin                : “ayah, bagaimana kalau kita panggilna dokter saja?”
Ayah               : “ya, ya… cepat kamu lari, Ucin! Katakanlah kepada dokter penyakitnya gawat sekali!”
Ucin                : “Baik, ayah!” (sambil segera keluar).
Otong              : “aduuh…! Hemmm, hemmm …!
Ibu                  : (masuk membawa air ke dalam gelas) “Ucin kemana, Ayah?”
Ayah               : “sedang memanggil dokter, Bu!”
Ibu                  : Dokter? Untuk apa memanggil dokter?”
Ayah               : “mengobati penyakit Otong. Nah, itu dokternya datang. (Ucin dan dokter masuk dengan membawa koper berisi alat-alat kedokteran)
Ibu                  : “Oh, Pak Dokter! Cepat Pak Dokter, Otong sudah mengkhawatirkan. Sembuhkan Dokter, jangan sampai mati”
Dokter             : “ya, ya…! Nanti saya periksa dulu!” (dokter langsung memeriksa). “Wah ini penyakit berbahaya”
Ibu                  : “berbahaya? Aduh, aduh!” (mondar-mandir).
                          “kasihan Otong! Nyawanya tak tertolong. Gusti…! (menangsis)
Ayah               : “Ibu, jangan ribut dulu! Tunggu saja bagaimana dokter!”
Dokter             : “sabar bu, mudah-mudahan anak ibu bisa tertolong1”
Ayah               : “bagaimana penyakitnya, Dokter?”
Dokter             : “wah, penyakitnya berbahaya. Ia mesti dioperasi. Ia terserang penyakit kencing batu!”
Ibu                  : “kencing batu? (heran) Batu apa, dokter? Batu kali atau batu cincin?”
Dokter             : “Batu baterai” (sambil membuka kopor. Alat operasi dikeluarkan yaitu gergaji, parang, palu, gunting kaleng, jarum karung, tang, dan obeng).
Ibu                  : “aduh, aduh, aduh…! Ada gergaji, gunting, palu dan segala macam, untuk apa Dokter?”
Dokter             : “parang ini untuk membelah kulit. Gunting untuk memotong urat, gergaji untuk menggergaji batu yang menempel pada kandung seni. Kalau batunya besar, perlu dipukulli, dihancurkan dengan palu ini. Coba pegang satu-satu. Nanti kalau saya minta, segera berikan!” (dokter memberikan alat-alat tersebut kepada ketiga orang tua itu).
Ayah               : (memberi parang kepada dokter)
Dokter             : “Coba, tangan itu dipegang oleh seorang. Oleh ibu saja! Setiap kaki dipegang oleh satu orang tahan jangan sampai bergerak. Operasi segera dimulai. Satu…dua… ti… (sambil mengayunkan parang diarahkan ke perut pasien).
Otong              : “Tahan, Dokter!” (otong banguan dengan paksa melepaskan diri dari pegangan). “Operasi cara pa, kok begitu?”
Dokter             : “Ini operasi istimewah, untuk mengobati penyakit malas! Bagaimana, mau operasi? Atau sudah sembuh?”
Otong              : “Jangan dioperasi Dokter saya sudah sembuh!”
Dokter             : “Tidak mau malas lagi?”
Otong              : “Tidak, Dokter!”
Dokter             : “Nah, Pa, BU, anak ibu ini penyakitnya hanya malas, tidak mau bekerja. Sekrang sudah sembuh!”
Ibu                  : “Oh, pantas…Otong, Otong! Kalau tidak mau mencangkul sawah, terus terang saja. Jangan pura-pura. Membuat orang lain panik!” (maka. Semua keluar. Selesai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar