OPERASI
YANG SUKSES
(karya:
(empat orang masuk arena pertujukkan. Satu
orang yang sakit diatas tempat tidur digotong dua orang. Satu orang lagi
sebagai ibu yang latah)
Otong : “aduh!
… Hemm .. Heeemmmm…! (Mengerang Karena sakit parah)
Ayah : “sudah-susah,
turunkan disini! (tempat tidur diturunkan)
Otong : “Aduh
…! Heemmm…! Ingin minum … Air …!”
Ibu : “minum … Otong? Haus? Nanti, nanti, nanti (mondar-mandir, linglung)…
apa…yaa?”
Ayah : (membentak)
“cepat, Bu!”
Ibu : “eh…air! Oh, ya … air! “(terus keluar dari arena dan kembalinya
membawa ember berisi air). “Otong, otong …! Ini airnya, ibu bawakan banyak
sekali!
Ayah : “Ya,
Allah! Ibu! Apa tidak ada gelas?”
Ibu : “Ini saja biar kenyang1”
(Otong segera
didudukkan dan ibu mengangkat ember untuk memberi minum).
Otong : “Haaciih
…!” (Otong bersin dan tidak jadi minum, bahkan menolaknya).
Ibu : “mengapa Tong, mengapa? Minumlah biar sembuh!”
Ayah : “Itu
air apa, bu? Kok baunya begini?”
Ibu : “(sadar) ya Allah …! Ini air dari pispot!” (terus keluar membawa
ember)”
Ucin : “ayah, bagaimana kalau kita panggilna dokter saja?”
Ayah : “ya,
ya… cepat kamu lari, Ucin! Katakanlah kepada dokter penyakitnya gawat sekali!”
Ucin : “Baik, ayah!” (sambil segera keluar).
Otong : “aduuh…!
Hemmm, hemmm …!
Ibu : (masuk membawa air ke dalam gelas) “Ucin kemana, Ayah?”
Ayah : “sedang
memanggil dokter, Bu!”
Ibu : Dokter? Untuk apa memanggil dokter?”
Ayah : “mengobati
penyakit Otong. Nah, itu dokternya datang. (Ucin dan dokter masuk dengan
membawa koper berisi alat-alat kedokteran)
Ibu : “Oh, Pak Dokter! Cepat Pak Dokter, Otong sudah mengkhawatirkan.
Sembuhkan Dokter, jangan sampai mati”
Dokter : “ya,
ya…! Nanti saya periksa dulu!” (dokter langsung memeriksa). “Wah ini penyakit
berbahaya”
Ibu : “berbahaya? Aduh, aduh!” (mondar-mandir).
“kasihan Otong!
Nyawanya tak tertolong. Gusti…! (menangsis)
Ayah : “Ibu,
jangan ribut dulu! Tunggu saja bagaimana dokter!”
Dokter : “sabar
bu, mudah-mudahan anak ibu bisa tertolong1”
Ayah : “bagaimana
penyakitnya, Dokter?”
Dokter : “wah,
penyakitnya berbahaya. Ia mesti dioperasi. Ia terserang penyakit kencing batu!”
Ibu : “kencing batu? (heran) Batu apa, dokter? Batu kali atau batu
cincin?”
Dokter : “Batu
baterai” (sambil membuka kopor. Alat operasi dikeluarkan yaitu gergaji, parang,
palu, gunting kaleng, jarum karung, tang, dan obeng).
Ibu : “aduh, aduh, aduh…! Ada gergaji, gunting, palu dan segala macam,
untuk apa Dokter?”
Dokter : “parang
ini untuk membelah kulit. Gunting untuk memotong urat, gergaji untuk
menggergaji batu yang menempel pada kandung seni. Kalau batunya besar, perlu
dipukulli, dihancurkan dengan palu ini. Coba pegang satu-satu. Nanti kalau saya
minta, segera berikan!” (dokter memberikan alat-alat tersebut kepada ketiga
orang tua itu).
Ayah : (memberi
parang kepada dokter)
Dokter : “Coba,
tangan itu dipegang oleh seorang. Oleh ibu saja! Setiap kaki dipegang oleh satu
orang tahan jangan sampai bergerak. Operasi segera dimulai. Satu…dua… ti…
(sambil mengayunkan parang diarahkan ke perut pasien).
Otong : “Tahan,
Dokter!” (otong banguan dengan paksa melepaskan diri dari pegangan). “Operasi
cara pa, kok begitu?”
Dokter : “Ini
operasi istimewah, untuk mengobati penyakit malas! Bagaimana, mau operasi? Atau
sudah sembuh?”
Otong : “Jangan
dioperasi Dokter saya sudah sembuh!”
Dokter : “Tidak
mau malas lagi?”
Otong : “Tidak,
Dokter!”
Dokter : “Nah,
Pa, BU, anak ibu ini penyakitnya hanya malas, tidak mau bekerja. Sekrang sudah
sembuh!”
Ibu : “Oh, pantas…Otong, Otong! Kalau tidak mau mencangkul sawah, terus
terang saja. Jangan pura-pura. Membuat orang lain panik!” (maka. Semua keluar.
Selesai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar